.::KAJIAN KE DUAPULUH TUJUH: Alwala Wal Baro 7::.

Oleh: Ustadz Abdul Hakim

Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan kembali pembahasan kita, dan masih akan melanjutkan materi tentang Wala wal Baro. Kemarin kita membahas tentang kisah Hatim bin Abi Balto’ah yang mengirimkan sebuah surat kepada saudaranya yang masih musyrik, tetapi surat itu diketahui oleh Rasul lewat Malaikat Jibril. Maka turunlah surat Al-Mumtahanah ayat 1.

Dari kisah Hatim ini bisa kita ambil pelajaran yang berkaitan dengan masalah Wala wal Baro. Adanya peristiwa Hatim ini karena adanya penghianatan yang dilakukan oleh musyrik Quraisy sehingga Rasulullah mempersiapkan pasukan untuk menyerang Makkah yang sebelumnya ada satu peristiwa yaitu penahanan Utsman bin Affan yang ditahan oleh musyrik Makkah.

Karena itulah Rasulullah dan para sahabat sepakat berkumpul dibawah satu pohon yaitu pohon ridwan dan mereka berbai’at siap mati untuk membebaskan satu orang, jumlah mereka adalah 1400 orang. Sikap apa yang ada ketika itu pada kaum muslimin? Wala, loyal, mendukung, memihak, membela, jelas sekali sikap walanya. Hanya karena ingin menbela satu orang, maka 1400 orang pada saat itu berbai’at siap mati. Maka peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam surat Al-Fath ayat 10:

Artinya:
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka, Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Kalau Allah sudah ridha maka tempatnya tiada lain adalah kecuali syurga. Maka ini adalah dalil bahwa sahabat Rasul yang ketika itu 1400 orang yag pasti masuk syurga, inilah sikap wala yang jelas.

Di zaman khalifah Al Muktasyim, ketika ada seorang wanita muslimah ditahan disebuah negeri kafir yang bernama Amuria, dimana kaum muslimin berjumlah minoritas, kemudian wanita ditahan dan diperlakukan sewenang-wenang. Si wanita ini berteriak-teriak dari dalam penjara dan memanggil nama Al Muktasyim seraya mengatakan “Ya Al-Muktasyim apa sajakah pekerjaannmu, tidakkah engkau mengetahui bahwa di dalam penjara ini ada seorang wanita yang di dzolimi”.

Akhirnya teriakan itu didengar oleh kaum muslimin kemudian dilaporkan kepada khalifah. Maka ketika itu khalifah menulis surat kepada raja kafir Amuria yang isinya “Hai raja kafir Amuria, dari Al Muktasyim pemimpin orang-orang beriman, setelah kau baca suratku maka segera kau lepaskan seorang wanita muslimah yang kau tahan atau kalau tidak, saat ini juga aku akan kirimkan pasukan perang yang kekuatan dan besarnya adala kepalanya di negeri kamu dan ekornya masih di negeri ku”.

Al Muktasyim siap melepaskan pasukan perang yang begitu besar hanya untuk membebaskan seorang wanita, karena tanggung jawabnya sebagai seorang khalifah. Tetapi sekarang lihatlah kaum muslimin yang sedang berada di negeri-negeri yang dikuasai orang kafir, bahkan di negeri-negeri yang mereka mengatakannya Islam kaum muslimin dibantai, dibakar hidup-hidup, padahal mereka itu saudara kita, sama muslimnya dengan kita, kiblat dan Nabinya sama dengan kita.

Apa yang bisa kita bela untuk saudara kita hari ini? Tidak ada, karena kita belum punya khilafah, maka kaum muslimin merasa tidak ada yang bertanggung jawab. Maka bentuk pertolongan yang sekecil-kecilnya bisa kita berika untuk mereka adalah do’a, jangan lupakan mereka dalam do’a kita. Karena kita tidak punya apa-apa, tidak punya kekuatan, sementara yang punya kekuatan dan punya otoritas tidak merasa dirinya sebagai muslim, tidak merasa mereka itu saudaranya.

Itulah keadaan kita hari ini, kita menjadi bulan-bulanan orang kafir, maka kalau saja ada khilafah pasti sudah diumumkan di mana pun kaum muslim siap jihad bantu saudaranya, dan itu telah dibuktikan oleh sejarah. Kalau kita hari ini tidak ada khilafah maka hukum menegakkan khilafah itu adalah wajib. Wajib umat Islam punya cita-cita untuk menegakkan khilafah, tetapi kalau tidak ada cita-cita maka kita akan terhina, bahkan sampai hari kiamat.

Itulah bentuk loyalitas kepada sesama muslim, memihak orang-orang yang sedang berjuang membela Islam walaupun mereka harus menukar dengan nyawa mereka. Keyakinan seperti ini hari ini hampir tidak ada, bahkan yang ada sebaliknya, biar kamu saja yang mati saya masih pingin hidup, yang peting saya bisa hidup senang, bisa dapat vhulus, bisa bersuka ria.

Kemudian dalil selanjutnya yaitu surat An-Nisa ayat 89:

Artinya:
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.

Di dalam ayat ini Allah mengatakan orang kafir dan orang yang mengambil jalan Allah maka haram untuk kita berwali kepadanya dan juga menjadikannya teman, penolong, pemimpin. Orang yang tidak mau menempuh jalan Allah maka haram untuk kita memberikan loyalitas kepada mereka. Dan hari ini banyak sekali orang mengambil jalan selain jalan Allah.

Kemudian dalil selanjutnya adalah Hadits dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Rasulullah SAW bersabda di dalam Islam itu ada cinta dan benci dan itu harus ada, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. HR. Thabrani.

Mencintai seseorang maka konsekuensinya harus memusuhi yang lain. Berpihak dan membela jalan Allah maka konsekuensinya harus memusuhi jalan thoghut. Jadi jangan terpancing dengan semboyan yang dilontarkan oleh orang kafir. Islam ini agama sejuk, dibunuh ia, diperkosa ia, dibantai ia, apakah itu yang dinamakan Rahmatan lil Alaimin?

Rasulullah ketika berada di Makkah ketika para sahabatnya disiksa dihadapan beliau, maka beliau sabar karena belum ada kekuatan. Tetapi ketika beliau berada di Madinah lain lagi ceritanya, Rasulullah menyiapkan kekuatan untuk berperang. Maka hati-hati jangan baca cerita Nabi seolah-olah seperti baca komik. Karena kalau berbicara sunnah itu bukan jenggot saja, buka celana cingkrang saja. Apa arti sunnah itu? Kebiasaan Nabi, jalan yang ditempuh Nabi, maka semua yang diperbuat oleh Nabi itu adalah sunnah.

Ketika hijrah ke Madinah Rasul menyiapkan kekuatan, sehingga ketika perang uhud kaum muslimin sudah tercecer dan mentalnya sudah jatuh dan hampir lari semua, ketika itu manusia yang paling berani adalah Rasulullah dengan tombak ditangannya. Ketika orang musyrik Quraisy berusaha mendekati Nabi dan naik di atas bukit, kemudian para sahabat melihatnya maka Rasul dengan tombaknya dilemparkan dan menancap tembus di dada kafir Quraisy.

Itulah akhlak Rasul, bukan hanya tangannya halus, tetapi beliau pegang pedang juga. Jadi kalau bicara Nabi gambarannya jangan hanya sorbannya, jenggotnya saja, tetapi beliau juga pegang tombak, pedang juga. Bahkan beliau mengikuti peperangan melawan kaum musyrikin sebanyak 70 lebih kali perang, dan 27 dipimpin langsung oleh Rasul sebagai komandannya.

Ketika Futtuh Makkah Rasul menyuruh mencari sepuluh orang musyrikin Quraisy yang masuk dalam DPO nya Rasul. Bahkan rasul memerintahkan kalau ketemu mereka biarpun mereka bergelantung di kiswahnya Ka’bah maka bunuhlah mereka. Dari sepuluh itu ada dua orang wanita yaitu tukang syair yang sangat kotor syairnya menghina Nabi.

Tetapi sayang hari ini umat Islam sudah dikelabui dan ditipu oleh sejarah yang ditutup-tutupi, seolah-olah gambaran Nabi itu lemah lembut, diludahi ia, ditempeleng ia, dilempar batu ia, padahal Nabi kita tidak seperti itu. Nabi kita pegang tombak, pedang, duduk di atas kuda, ikut berjihad, bahkan kata Nabi syurga itu berada di bawah kilatan pedang tetapi yang dihafal oleh orang adalah syurga itu berada dibawah telapak kaki ibu sehingga sudah besar masih nyusu terus.

Itu akhlak Nabi, jadi jangan mau ditipu sehingga umat Islam itu lemah dan tidak sanggup membela diri sendiri. Jadi Islam itu digambarkan Rahmatan lil Alamin dengan memberikan contoh Nabi yang selalu bersabar dalam kondisi apapun, padahal ada waktunya Nabi itu bersabar. Biar bisa paham maka harus banyak belajar Islam. Jangan jadi orang yang kata Rasul seperti buih di lautan banyak tapi tidak punya wibawa, izzah, karena tidak paham Islam. Kerjaannya hanya mikir vhulus, tidak pernah berpikir bagaimana bisa selamat di hadapan Allah, tidak pernah berpikir bagaimana Islam bisa jaya. Jadi jangan menjadi orang yang masa bodoh terhadap Islam, karena orang yang seperti ini kasihan nanti di hadapan Allah.

Download Mp3 Disini

Leave a comment